Jumat, 27 Juni 2014

BUKU PUISI EPIK SITI SURABAYA

Seluruh petualangan Siti Surabaya/Surabaya Siti, paling tidak segala verbal adventures-nya, masuk dalam food processor atau tabung jam pasir untuk diproses/digiling dan dilorot lorong-sempit-waktu, sehingga meneteskan hikmah. Dan hikmah tidak harus menunggu sampai simpulan di bait akhir, justru di tengah proses dan lorong sempit waktu hikmah itu menetes-netes sepanjang petualangan:
Siti Surabaya = Surabaya Siti (plesetan dari City), bisa kota bisa perempuan, bisa warisan bisa obralan, bisa pesta bisa kuburan. Siti dan City bertarung bertukar, seperti dalam kiasan wayang: mencolo putro mencolo putri, loncat sana loncat sini. Bajing loncat bukan sekadar kiasan kriminal tetapi juga kiasan dinamika manusia urban. Dan pilihan ke modernisme harus menanggung takdir anti-kemapanan, paradoksal, kontroversial, provokatif, subversive, atraktif. Sebagaimana wujud seni kontemporer: sebagai bentuk komentar sosial yang mengkonfrontasi publik dengan apa yang tidak mereka ketahui, atau dengan apa yang sebenarnya diketahui tetapi tidak mereka harapkan.

(Akhudiat, Penyair, Dramawan, Peserta Iowa International Writing Program Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat 1975)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar